Rabu, 26 November 2014
Tuan,
Seperti diamnya kayu yang dilahap api, diamnya tanah yang dikeroyok oleh hujan. Kau boleh berbangga hati sebab berhasil jatuhkanku. Aku bodoh cintaimu, sebab pura-pura buta akan segala burukmu. Aku cinta topengmu tuan, kenapa tak kau buat permanen saja topeng itu pada hatimu. Aku senang di hubungimu, lantas sesaat kembali takut akan wajah di balik topeng itu. Ku bilang kau jahat, permainkan hati demi puasmu taklukanku. Ku bilang kamu kurang ajar, sudah tau menyakiti namun masih bisa biasa saja mengajakku kembali. Tuan, sadarkah kau bahwa aku ini lemah? Mudah sekali rapuh, remuk, terpuruk dan mati. Harusnya kau tak lakukan ini. Harusnya kau tak bohong bersihkan muka. Tuan, aku ingin jumpa denganmu sebenarnya. Bukan untuk kau buat mati, tapi untuk kau lindungi dari segala api. Tuan, boleh ku bilang aku muak dalam rasa yang masih bisa disebut pengharapan cinta. Tuan, aku tidak ingin mencintaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar