Aku belum pernah serindu ini kala ditinggalkanmu. Ya, menangis aku pernah, tapi tak sesesak ini merasa.
-Aku-
Dan ini aku mengaku. Ternyata jauh dari sisimu, serapuh ini aku. Ternyata tak memandang wajahmu sesakit ini merasa. Dan ternyata tak mendengar omelmu, aku, aku seperti kehilangan hal besar yang teramat besar.
Aku menangis. Aku tak malu mengakui ini. Jika ada tubuhmu di sini mungkin sudah sukses ku peluk. Seharian ini aku banyak diam. Hanya jemari yang bergerak-gerak mengambil helai-helai tisu. Maafkan aku tetap saja lemah.
Kepadamu aku cinta, secinta-cintanya. Oh, betapa juangmu tak ternilai. Biarkan, biarkan ku habiskan tangisku malam ini.
Dan ini aku berjanji. Membuatmu bahagia akan aku lakukan. Membuat diriku kuat sekuat inginmu. Membuat hatiku tangguh setangguh harapmu. Membuat esokku cerah secerah doa-doamu.
Dan ini sekali lagi aku mengaku. Memelukmu setiap waktu ingin aku lakukan.
Surabaya, 4 Februari 2015
Ku tulis ini untuk malaikat cantikku, Ibu.
Aku menangis. Aku tak malu mengakui ini. Jika ada tubuhmu di sini mungkin sudah sukses ku peluk. Seharian ini aku banyak diam. Hanya jemari yang bergerak-gerak mengambil helai-helai tisu. Maafkan aku tetap saja lemah.
Kepadamu aku cinta, secinta-cintanya. Oh, betapa juangmu tak ternilai. Biarkan, biarkan ku habiskan tangisku malam ini.
Dan ini aku berjanji. Membuatmu bahagia akan aku lakukan. Membuat diriku kuat sekuat inginmu. Membuat hatiku tangguh setangguh harapmu. Membuat esokku cerah secerah doa-doamu.
Dan ini sekali lagi aku mengaku. Memelukmu setiap waktu ingin aku lakukan.
Semuaku.
Betapa tanpamu
Aku tak bisa apa-apa
Betapa tanpamu
Semuanya terasa berat.
Semuaku.
Tunggu aku,
Meski ku tahu, tanpa surat perintah pun,
Kau akan setia menunggu.
Semuaku.
Juangku untukmu.
Hanya untukmu.
Semuaku.
Ibu.
Surabaya, 4 Februari 2015
Ku tulis ini untuk malaikat cantikku, Ibu.
aku juga kangen ibukku yang
BalasHapus