Aku mengintip hujan lewat celah sempit yang ku buat sendiri pada jendela. Tidak terasa sudah setangah tahun aku habiskan hari di kota pahlawan ini. Aku Alyce Lang, orang di sekitarku panggilku Al atau Ale. Ibuku orang Inggris. Ayahku orang China. Meski begitu aku jarang sekali berada di Inggris atau di China. Aku lebih sering berkeliaran di Bogor dan Bekasi. Ah ya, aku lebih mirip ayahku; kulit putih, mata sipit, kalian taulah perawakan orang China. Aku, seperti itu. Orang tuaku telah tiada semua. Ibu berpulang tiga tahun lalu. Sedangkan ayah menyusul ibu dua tahun setelahnya; ya, ayah berpulang baru-baru ini. Sekarang aku hidup sendiri, tinggal di salah satu kos umum di kota Surabaya. Aku memiliki kakak, dia sudah miliki keluarga sendiri, jadi aku memang harus hidup sendiri bukan?.
"Kau tak apa jika harus tinggal sendiri Al?" Ucap kakakku kala itu.
"Tak apa kak. Aku juga bisa belajar mengenai hidup bukan?" Jawabku.
"Tapi kau baru 18 tahun"
"Lantas kenapa? Biarlah kak, toh usia bukan menjadi batas ukuran lagi. Biar ku coba"
"Baiklah. Tapi kau harus janji akan kabari kakak bila ada masalah. Kakak akan kirimimu uang setiap bulan. Kau ingin kuliah? Nanti biar kakak bantu urus"
"Tentu kak akan ku kabari jika aku perlu bantuan. Mengirimiku uang bulanan kan memang menjadi tugasmu. :p tidak aku tidak ingin kuliah. Aku ingin bebas saja"
"Baiklah kalau begitu. Kau mau tinggal dimana? Di rumah ayah dan ibu?"
"Tidak. Kakak saja yang tempati rumahnya. Aku mau kos saja. Aku ingin ke Surabaya"
"Kau serius Al? Itu jauh sekali"
"Justru itu kak, aku ingin benar benar memulai hidupku yang baru"
"Haahh.. aku bisa apa? Kau selalu saja seperti ini jika berkeinginan"
Haha setelah mengingat percakapan beberapa bulan yang lalu itu aku menjadi rindu kakak. Apa kabar dia saat ini. Kenapa belum kirimiku uang untuk tahun baru. Ahh aku jadi lapar.
Akupun memutuskan untuk akhiri segala jenis lamunan yang melintas. Kulihat hujan sudah mereda. Aku keluar kamar menuju kamar sebelah. Mengetuk pintu satu kali lantas masuk tanpa harus dikomando si pemilik kamar. Mencari tempat untuk merebahkan diri.
"Ah kau, selalu saja seperti ini"
"Hehe" Aku nyengir saja.
"Ada apa?" Tanyanya sembari mengambil tempat di dekatku.
"Aku lapar dry"
Andry adalah tetangga kos ku. Dia lah orang pertama yang ku kenal setibanya aku di Surabaya. Dia pemuda yang baik menurutku. Usianya 23 tahun, dia bekerja di sebuah perusahaan swasta. Entahlah aku tak terlalu mengerti juga. Yang pasti dia orang yang bisa ku andalkan dalam segala hal belakangan ini.
"Lalu?"
"Lalu apanya? Kakakku belum kirimiku uang. Aku minta traktir" memasang muka semanis yang ku bisa.
Sebenarnya aku tentu saja miliki uang. Aku hanya ingin mengerjainya saja.
"Ah kau ini. Baiklah ku traktir. Mie ayam depan yak" jawabnya kemudian.
"Ok" aku mengangguk angguk senang.
"Kau tak apa jika harus tinggal sendiri Al?" Ucap kakakku kala itu.
"Tak apa kak. Aku juga bisa belajar mengenai hidup bukan?" Jawabku.
"Tapi kau baru 18 tahun"
"Lantas kenapa? Biarlah kak, toh usia bukan menjadi batas ukuran lagi. Biar ku coba"
"Baiklah. Tapi kau harus janji akan kabari kakak bila ada masalah. Kakak akan kirimimu uang setiap bulan. Kau ingin kuliah? Nanti biar kakak bantu urus"
"Tentu kak akan ku kabari jika aku perlu bantuan. Mengirimiku uang bulanan kan memang menjadi tugasmu. :p tidak aku tidak ingin kuliah. Aku ingin bebas saja"
"Baiklah kalau begitu. Kau mau tinggal dimana? Di rumah ayah dan ibu?"
"Tidak. Kakak saja yang tempati rumahnya. Aku mau kos saja. Aku ingin ke Surabaya"
"Kau serius Al? Itu jauh sekali"
"Justru itu kak, aku ingin benar benar memulai hidupku yang baru"
"Haahh.. aku bisa apa? Kau selalu saja seperti ini jika berkeinginan"
Haha setelah mengingat percakapan beberapa bulan yang lalu itu aku menjadi rindu kakak. Apa kabar dia saat ini. Kenapa belum kirimiku uang untuk tahun baru. Ahh aku jadi lapar.
Akupun memutuskan untuk akhiri segala jenis lamunan yang melintas. Kulihat hujan sudah mereda. Aku keluar kamar menuju kamar sebelah. Mengetuk pintu satu kali lantas masuk tanpa harus dikomando si pemilik kamar. Mencari tempat untuk merebahkan diri.
"Ah kau, selalu saja seperti ini"
"Hehe" Aku nyengir saja.
"Ada apa?" Tanyanya sembari mengambil tempat di dekatku.
"Aku lapar dry"
Andry adalah tetangga kos ku. Dia lah orang pertama yang ku kenal setibanya aku di Surabaya. Dia pemuda yang baik menurutku. Usianya 23 tahun, dia bekerja di sebuah perusahaan swasta. Entahlah aku tak terlalu mengerti juga. Yang pasti dia orang yang bisa ku andalkan dalam segala hal belakangan ini.
"Lalu?"
"Lalu apanya? Kakakku belum kirimiku uang. Aku minta traktir" memasang muka semanis yang ku bisa.
Sebenarnya aku tentu saja miliki uang. Aku hanya ingin mengerjainya saja.
"Ah kau ini. Baiklah ku traktir. Mie ayam depan yak" jawabnya kemudian.
"Ok" aku mengangguk angguk senang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar