"Kau tak ingin bekerja Al?"
Aku tidak menyangka akan mendengar pertanyaan semacam ini.
"Apa aku harus bekerja, dry?"
"Menurutku begitu"
"Kenapa?"
"Kau tak bisa selamanya mengandalkan kakakmu Al. Kaupun harus benar-benar bisa menghidupi dirimu sendiri. Setidaknya bukan untuk mencari uang, tapi untuk mencari pengalaman. Aku yakin dengan kau mencoba bekerja, kau akan bisa belajar banyak tentang hidup"
Aku tak terlalu memerhatikan kalimatnya. Aku terlalu lapar. Tapi sedikit banyak aku mengerti maksudnya. Andry benar aku harus segera mencari kegiatan baru, bekerja? Itu ide yang bagus.
"Tumben Om ini pintar sekali" gurauku. Biar sekalian kugoda saja. Haha
"Aih, berapa kali aku harus bilang? Aku ini masih muda, masih 23 tahun kau tau? Menyebalkan"
"Haha tetap saja lebih tua dariku. Bweee" aku menjulurkan lidah dan berlari meninggalkannya. "Terimakasih traktirannya. Aku ke kos duluan" teriakku di sela lari. Kutengok kearahnya, dia hanya geleng geleng dan menggerutu kesal. Haha.
Aku duduk di beranda. Sudah pukul 08.30 malam. Dan orang tua itu belum kembali. Kemana saja, apa mungkin dia tersesat? Aih, aku hampir memutuskan untuk masuk kamar dan berhenti menungguinya.
"Woy Ale si anak kecil belum tidur?" Teriak Andry dari arah jam 11.
"Belum aku hanya ingin pastikan orang tua sepertimu dapat sampai kosan dengan selamat. Aku takutnya kau pikun, dan lupa alamat kosmu"
"Sialan kau ya" dia berlari menuju arahku, dan sebelum aku berhasil selamatkan diri, aku tertangkap duluan. Sial.
"Aih rasakan ini. Rasakan ini. Rasakan ini" mengacak acak rambut. Menggelitiki perut. Ah aku akan mati sia sia jika tidak segera berteriak ampun. Jadi kuputuskan menyerah saja.
"Ampun. Aku kalah. Haha geli geli. Lepaskan"
"Haah akhirnya menyerah juga. Uih mengerjaimu apa harus secapek ini? Uih"
"Haha kau benar-benar pantas disebut pak tua, sebegitu saja sudah capek. Bwee" dan sebelum aku kena lagi aku segera lari dan memasuki kamar.
"Ey.. curang kau ya" teriaknya samar. Akupun putuskan untuk tidur saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar