"Dorr" Aku mencoba mengagetkan Andry yang sedang duduk di beranda kos. Dan dia sama sekali tidak terkejut.
"Apaan sih Al?" Sahutnya santai.
"Ahh. Ngga menghargai banget. Setidaknya pura-pura kaget gitu" Aku memasang muka ngambek.
"Anak kecil"
"Andry!!!"
Andry tertawa puas. Dia selalu senang meneriakiku anak kecil. Ya sama senangnya dengan aku yang meneriakinya om om. Ternyata ini yang aku rindukan dari Andry. Tawanya yang renyah.
"Dry, aku ingin cerita"
"Apa?" Wajahnya mendadak serius.
"Kakakmu menyuruhmu balik Jakarta?" Imbuhnya.
"Ah iya ya, aku jadi ingat aku sudah lama tak memberi kabar pada kakakku. Ah tapi bukan itu yang ingin ku ceritakan"
"Lalu?"
"Ini tentang Kev"
"Lelaki tahun baru itu"
Aku tidak mengerti kenapa Andry masih saja menyebut Kev dengan sebutan itu, jelas-jelas dia sudah tau namanya.
"Iya, dia tadi mengatakan cinta kepadaku"
"Oh, benarkah?"
"Hanya begitu? Kau tak ingin mengatakan apapun?"
"Memangnya kau ingin aku mengatakan apa Ale? Aku senang banyak yang menyukaimu" Jawabnya diimbuhi senyum simpul.
"Baiklah, aku mau mandi. Kerja seharian membuat badanku berasa lengket"
Aku meninggalkan Andry yang duduk di beranda, sendiri.
***
Aku merebahkan tubuhku di kasur. Membolak-balik badan tak bisa tidur. Bingung pikirkan jawaban apa yang seharusnya kuberikan pada Kev besok. Andry juga tak memberikan masukan yang membantu. "Apa ku terima saja? Toh Andry tak peduli" omongku melantur.
Ya sejak aku temu origami merah itu. Aku, rasaku seperti berubah pada Andry. Aku seperti tak ingin buatnya luka. Kau benar, ketergantunganku pada Andry memanglah cinta. Aku mengaku, aku kalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar