Senin, 22 Desember 2014

Melepas Lalu #End

-- Kepada Gesang

Selamat petang lelaki dengan seribu kemampuan merayu; meluluh lantakan hati. Kabarmu selalu baik bukan? 
Ah iya selamat ulang tahun. Beberapa hari yang lalu kau bertambah usia bukan? Entahlah aku masih ingat saja. Haha. 
Bagaimana kabar wanitamu yang baru? Lebih baik dariku? 
Gesang, rindukah kau dengan omelku? Jujur saja aku rindu sekali dengan segala bentuk omelmu. Aku rindu kau larangku ini itu. 
Gesang, sudah lama sekali bukan aku tak mengganggumu dengan tulisan panjang seperti ini. Biar ku tebak kau masih tak suka membaca, sama seperti dulu? Benar?
Gesang, ingatkah? Kau selalu mengeluh ketika aku kirimkan deret kata yang panjang padamu. "Aku malas membacanya sayang" itu kalimat balasmu. Waktu begitu cepat berlalu ya, Ge.
Ah iya alasan aku menulis ini; selain rindu padamu aku juga ingin kabarkan, bahwa aku bahagia Gesang! Setelah lalui segala proses yang kaupun sendiri pasti sadar betapa melelahkannya; akhirnya aku jatuh pada lelaki baru. Dia lelaki yang teramat baik, hampir sama denganmu. Sungguh, betapa dia mampu mengertiku Gesang. Meski dia tahu benar namamu masih saja diteriakkan pelan oleh hatiku. Tapi tetap saja, dia cintaiku tulus. Dia manusia tepat untuk gantikan posisimu bukan?
Aku senang Gesang. Bulan depan kami akan menikah. Bagaimana? Kaupun sama senangnya denganku bukan?
Gesang, kau sudah mulai lelah membaca ini? Baiklah ku sudahi saja, ekspresi lelahmu sudah cukup membuatku terbahak saat ini.
Gesang, selalulah bahagia. Aku tahu Tuhan begitu sayang padamu, hingga kaupun disuruhnya pulang dan meninggalkanku.

Gesang...
Aku bahagia,

Tertanda, Pita.

-- aku melipat kertas suratku, serupa perahu, lantas ku hanyutkannya di danau tempat kami menghabiskan waktu; dulu.

Hpku berdering, Mara yang menelfon. "Sayang, kau dimana?" Bunyi suara di seberang sana.

"Aku di danau. Dekat taman biasa" 

"Baiklah aku akan menjemputmu. Kau tak lupa hari ini kita harus pastikan gaun pengantin bukan?"

"Tentu saja, mana mungkin aku lupa sayang" Sambungan terputus.

Akupun beranjak berdiri. Kuputuskan menunggu jemputan Mara di gerbang taman saja. Dan kepada masa lalu karam itu, aku benar-benar telah melepasmu. Ah iya juga kepada senja dan hujan, maaf aku membagi cintaku lagi; pada Mara.

Tamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar