Rabu, 04 Februari 2015

Hidup?

#1
Aku benci ibuku. Aku merasa dia tak menyanyangiku. Bagaimana bisa kusebut dia sayang? Kalau kerjanya hanya menitipkanku pada tante. Lalu pergi selama bertahun-tahun.

Aku benci ibuku. Aku tidak bisa mengerti segala hal tentangnya. Bagaimana bisa mengerti? Bersama saja aku tak pernah. Sekalinya dia pulang, aku tak mampu bertanya apapun, karena dia terasa begitu asing.

Aku benci ibuku. Karena aku tak bisa memeluknya bebas, sebebas temanku memeluk ibunya. Bagaimana bisa memeluk? Ditinggalnya lama membuat aku canggung jika berhadapan dengannya.

Aku benci ibuku. Tak pernah bisa aku bercerita banyak hal padanya. Bagaimana bisa cerita? Memandangnya saja aku takut.

Belasan tahun, aku benci ibuku.

#2
Aku cinta anakku. Aku yakin anakku juga demikian cinta padaku. Saking cintanya aku rela pergi jauh dari sisinya, menahan rindu, menahan segala. Menjadi TKW aku rela.

Aku cinta anakku. Segala hal tentangnya aku paham. Kakakku bererita banyak. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tidak neko-neko seperti gadis-gadis lain di jaman ini.

Aku cinta anakku. Aku selalu ingin memeluknya. Membelai rambutnya. Selalu. Tapi kepergianku selama tahunan itu membuatnya sedikit menjauhiku. Jadi, aku hanya bisa memeluknya kala ia tertidur. Tidak apa itu sudah sangat cukup.

Aku cinta anakku. Aku selalu ingin mendengarkan segala bentuk hari-harinya. Tapi sayang dia tak pernah cerita. Untung saja dia selalu menulisnya di buku harian. Jadi aku bisa baca.

Seumur hidup, aku mencintai anakku.

#3
Aku ingin menulis keluhku lagi hari ini. Tapi aku menemui tulisan orang lain di buku harianku. Penanya warna biru. 

Ibu mencintaimu, peluk ibu jika kau ingin peluk. Bercerita saja jika ingin cerita. Ibu tidak akan kemana-mana. Ibu menunggumu.

2 komentar:

  1. Itu cerita dari dua sudut pandang berbeda ya? ah kereen. Baru kali ini nemu tulisan dari dua sudut pandan berbeda

    BalasHapus