Senin, 19 Januari 2015

Karma

Aku dan Deo jalan bersama, sepulang sekolah. Dia mengajakku nonton. Ah, aku tahu otaknya. Gedung bioskop itukan gelap. Tak akan ada seorangpun yang akan mengamati pergerakannya.

Film dimulai. 15 menit berlalu. Dan benar saja. Tangannya sudah meraba-raba genit pahaku kemudian menaik perlahan hingga kini dielus-elusnya pipiku. Ku diamkan saja. Apa aku tidak tergoda? Tentu saja tergoda. Siapa yang ingin melewatkan diperlakukan seperti ini oleh cowok super keren idaman cewek-cewek satu sekolahan.

***
"Kau manis sekali" bisiknya dekat telingaku. "Deo, apa kau sebegitu...." bibirku sukses dilumat olehnya. Sekujur tubuhku mengejang. Didorongnya tubuhku, hingga sukses terlentang di ranjang kosnya yang menurutku keras. Tapi itu tak penting lagi. Seragamku sudah tanggal semenjak tadi. Deo berhenti sebentar. Sibuk dengan resletingnya yang tak mau segara dibuka. Aku tertawa. "Sini biar ku bantu" Deo menjatuhkan tangannya. Memberiku kesempatan.

Dimanjakan aku oleh setiap sentuhnya. Jemarinya sungguh aku suka. Lidahnya menari-nari menyusuri setiap jengkal tubuhku. Kepadanya aku mengaku kalah. Ku biarkan Deo menguasai tubuhku hari ini. Desah kami beradu, kian menit kian keras. Deo sudah berteriak, itu tanda bahwa dia sudah sampai pada puncak. Dicumbunya bibirku sekali lagi. "Kau hebat membuatku selelah ini, istirahatlah akan ku antarkan pulang besok pagi"

***
Aku terkaget. Ada banyak orang di sekeliling ranjang. Mereka gaduh sekali hingga membuatku terbangun. "Apa aku ketahuan?" Aku ingin membangunkan Deo, tapi tubuhku tidak lagi bisa digerakkan. Aku ingin berteriak, tapi suaraku gagal keluar. Samar-samar aku mendengar, katanya "Hei lihat, dua remaja ini menjadi batu!!" "Pasti ini karma, karena mereka sudah melakukan hal yang jelas-jelas dilarang oleh Tuhannya"


🎵LARASATI-KARMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar