Minggu, 11 Januari 2015

Khianat

Bam!! berjatuhan tiap-tiap keping hati yang pecah. Bergremincing menyentuh aspal. Luka tak terkira menjalar seluruh tubuh.

"Kau tega, Dy" ucap Rani nyaris tak terdengar, suara isaknya lebih keras ketimbang bunyi kalimatnya.

"Sudah ku bilang, jangan terlalu mencintaiku!" Teriak Dyo tepat di muka Rani.

Lelaki ini seakan tak punyai hati, bisa-bisanya berteriak di muka wanita yang kini sedang patah hati. Penuh luka. Penuh bulir air mata.

"Siapa mau mencintaimu sedalam ini. Jika bisa aku juga tidak pernah mau mencintaimu!!" Balas Rani dengan teriakan pula; teriakan parau diselingi isak yang semakin membuat dadanya sesak

Dyo diam. Wajahnya nampak memanas. Ingin diluapkan amarahnya pada Rani. Namun urung, karena seorang gadis merangkulnya membisikan kalimat singkat. Sedang Rani sudah tak kuasa lagi berdiri. Kini kedua kakinya menekuk dicumbui dinginnya aspal.

"Baiklah ayo pergi, maaf kau harus menonton drama semacam ini" ucap Dyo pada gadis yang berbisik di telinganya tadi.

"Dan kau pulanglah, bayimu menunggu!!" Ucap Dyo lagi pada Rani. Lalu berlalu berjalan pelan merangkul si gadis dengan tak malu-malu.

— Rani belum beranjak. Air matanya kering. Tatapan matanya kosong. Bocah kecil takut-takut bertanya. “Bun, ayah dan kakak mau pergi kemana?” “Pergi dan tak akan pulang, nak” Rani merangkul anaknya yang nomor dua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar