Jumat, 16 Januari 2015

Satu Pilihan Terkejam


Pintu terbuka. Lelaki itu kembali. Kembali? Ini memang kamarnya. Dipanggilnya gadis yang aduhai begitu elok parasnya. Mereka memang sudah seminggu ini tinggal di ruang yang sama.

Lelaki itu tertawa melihat selembar kertas yang ada di meja. Gadis itu tak segera keluar.

"Ah iya aku lupa, aku masih mengikatmu di sini" Gadis itu diam, menatap jijik. 

Lelaki itu menindih tubuh gadisnya seperti yang sudah-sudah. Melepas ikatnya perlahan. Mata gadis itu berbinar lain. Seperti mendapat kekuatan tuk hancurkan. Setelah lepas, diraihnya pisau yang sengaja disiapkan di bawah bantal. Kekesalannya menumpuk. "Persetan dengan semuamu!!" 

Lelaki itu ingin berontak tapi matanya perih, gadis itu sukses mencongkel dua bola matanya. Selanjutnya pisau itu menari-nari dibagian tubuh yang lain.

Gadis itu berhenti. Seprainya sudah cukup merah. Lelaki itu sudah tak bersuara, meski belum mati. Gadis itu tertawa keras. "Ayah, darah kan basahi tanganmu yang berlumur dosa" Bisik gadis itu seraya pergi meninggalkan kertas bertulis: Gadis Belia Diperkosa Dan Dibawa Kabur Oleh Ayahnya-


Darah kan basahi tangan yang berlumur dosa; Ambisi-Revenge the Fate

4 komentar:

  1. ini cerpen buatan sendiri atau potongan cerita kak? tulisan keren soalnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bikin sendiri. Hehe adaptasi bebas dari sebait lirik "Darah kan basahi tangan yang berlumur dosa" yang aku tulis di akhir tulisan. ^^

      Hapus